Mengawali suatu pekerjaan dengan hati senang dan membuat orang lain
senang adalah suatu keberkahan tersendiri. Betapa tidak?. Dengan hiruk
pikuknya dan macetnya kendaraan di jalan, dan suasana yang seringkali
membuat kita jengkel, dan kita berhasil mengubahnya menjadi senyuman,
menyapa anak-anak yang hadir duluan, dan menyalami mereka dengan suasana
hati yang sumringah, tentu saja ini akan membuat suasana hati murid
kita menjadi senang dan berkahnya sepanjang hari suasana hati kitapun
menjadi menyenangkan.
Apa rahasianya membuat hati guru merasa senang di lingkungan sekolah?
Berikut ini adalah tips sederhana cukup efektif untuk menciptakan
perasaan senang di sekolah, yaitu :
Fastkhair Blogger Community
Tempat berkumpulnya blogger guru guru hebat Samarinda
Jumat, 17 Juni 2016
5 Makna Dibalik Pernyataan Filosofis “Guru Sebagai Cermin Bagi Murid-muridnya”
Guru disebut juga sebagai pendidik. Menurut Kamus Bahasa Indonesia
karya W.J.S. Poerwadarminta, pendidik berarti orang yang mendidik.
Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan
kegiatan dalam bidang pendidikan. Pendidik dalam bahasa Inggris disebut
teacher, dalam bahasa Arab disebut ustad, mudarris, mu’alim, dan
mu’adib. Dalam literatur yang lain, kita mengenal pendidik sebagai guru,
dosen, pengajar, tutor, lectures, educator, trainer, dan sebagainya.
Guru memiliki tugas yang berat, namun mulia. Pada dirinya tertumpu
beban dan tanggung jawab untuk menyiapkan masa depan lebih baik. Guru
berfungsi sebagai jembatan bagi para peserta didik untuk melintas menuju
masa depan mereka. Bergantung pada jembatan tersebut, ke masa depan
manakah peserta didik tersebut dibawa. Dari tiga penggalan masa (masa
lalu, masa kini, dan masa depan), masa depanlah yang menjadi tujuan
dengan memanfaatkan sebaik-baiknya masa lalu dan masa kini. Tugas guru
adalah mentransformasi generasi penerus demi masa depannya yang lebih
baik, lebih berbudaya, sekaligus membangun peradaban. Ini adalah tugas
yang sangat mulia. Dengan demikian, secara hakiki guru adalah mulia.
Menjadi guru menjadi mulia, bahkan kemuliaannya tanpa memerlukan atribut
aksesorial.
Memuliakan profesi yang mulia (guru) adalah kemuliaan dan hanya orang-orang mulia yang tahu bagaimana memuliakan dan menghargai kemuliaan. Sayyidina Ali RA bahkan pernah menyampaikan, ”Saya menjadi hamba (menghormati dan memuliakan) bagi orang yang mengajarkan kepada saya meskipun hanya satu huruf.” Bertanggung jawab terhadap pembentukan masa depan menunjukkan bahwa guru berbeda dengan profesi lain. Sebab, pendidikan adalah proses yang tidak bisa dibalik (irreversible process). Dampaknya yang masif pada masa mendatang mengharuskan profesionalitas guru untuk dijaga, terus ditingkatkan dengan hati-hati. Guru juga mesti waspada, tidak boleh terjebak hanya karena pertimbangan kepentingan praktis sesaat.
Guru Sebagai Cermin
Banyak hal yang diajarkan kepada anak didik akan lebih sempurna bila disertai contoh perbuatan dan perilaku yang baik. Sehingga apa yang dilakukan guru dapat menjadi teladan dan menjadi cermin bagi murid-muridnya. M. Furqon Hidayatullah (2009) mengatakan, ada lima teladan yang dapat dijadikan cermin yang secara filosofi memiliki makna sebagai berikut:
# Makna 1 : Tempat yang Tepat untuk Introspeksi
Jika becermin, kita akan melihat potret diri kita sesuai dengan keadaan yang ada. Sebagai guru, kita harus siap menjadi tempat mawas diri, koreksi diri, atau introspeksi. Untuk itu, kita harus siap menjadi curahan.
# Makna 2 : Menerima dan Menampakkan Apa Adanya
Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima dan memperlihatkan apa adanya. Untuk itu, sebuah pribadi harus memiliki sifat jujur, sederhana, objektif, jernih, dan lain-lain.
#Makna 3 : Menerima Kapan pun dan dalam Keadaan Apa pun
Cermin memiliki karakter. Artinya, guru harus bersedia menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Artinya, guru mesti memiliki sifat-sifat sepeti pengabdian, setia, sabar, dan lain-lain.
# Makna 4 : Tidak Pilih Kasih/Tidak Diskriminatif
Cermin memiliki sifat tidak pernah pilih-pilih. Siapa saja yang mau bercermin pasti diterima. Artinya, tidak membeda-bedakan atau tidak diskriminatif. Karena itu, guru harus memiliki jiwa mendidik kepada siapa pun tanpa pandang bulu, semua anak, apa pun kondisinya harus dididik tanpa kecuali. Bahkan, kita tidak dibenarkan memisah-misahkan atau memilih-milih kondisi siswa (exclusive), tetapi harus inklusif (inclusive) dalam mendidik.
#Makna 5 : Pandai Menyimpan Rahasia
Cermin tidak pernah memperlihatkan siapa yang telah becermin kepadanya, tak peduli kondisi yang becermin itu baik maupun buruk. Artinya, cermin memiliki sifat pandai menyimpan rahasia. Sebagai guru yang pandai menyimpan rahasia, ia juga memiliki sifat sifat ukhuwah atau persaudaraan, peduli, kebersamaan, tidak menjatuhkan, tidak mempermalukan orang lain, mengorangkan, dan lain-lain.
Demikian 5 makna filosofi tentang keteladanan guru, semoga bermanfaat.
Sumber : Joko Wahyono, www.blogartikelpendidikan,com
Memuliakan profesi yang mulia (guru) adalah kemuliaan dan hanya orang-orang mulia yang tahu bagaimana memuliakan dan menghargai kemuliaan. Sayyidina Ali RA bahkan pernah menyampaikan, ”Saya menjadi hamba (menghormati dan memuliakan) bagi orang yang mengajarkan kepada saya meskipun hanya satu huruf.” Bertanggung jawab terhadap pembentukan masa depan menunjukkan bahwa guru berbeda dengan profesi lain. Sebab, pendidikan adalah proses yang tidak bisa dibalik (irreversible process). Dampaknya yang masif pada masa mendatang mengharuskan profesionalitas guru untuk dijaga, terus ditingkatkan dengan hati-hati. Guru juga mesti waspada, tidak boleh terjebak hanya karena pertimbangan kepentingan praktis sesaat.
Guru Sebagai Cermin
Banyak hal yang diajarkan kepada anak didik akan lebih sempurna bila disertai contoh perbuatan dan perilaku yang baik. Sehingga apa yang dilakukan guru dapat menjadi teladan dan menjadi cermin bagi murid-muridnya. M. Furqon Hidayatullah (2009) mengatakan, ada lima teladan yang dapat dijadikan cermin yang secara filosofi memiliki makna sebagai berikut:
# Makna 1 : Tempat yang Tepat untuk Introspeksi
Jika becermin, kita akan melihat potret diri kita sesuai dengan keadaan yang ada. Sebagai guru, kita harus siap menjadi tempat mawas diri, koreksi diri, atau introspeksi. Untuk itu, kita harus siap menjadi curahan.
# Makna 2 : Menerima dan Menampakkan Apa Adanya
Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima dan memperlihatkan apa adanya. Untuk itu, sebuah pribadi harus memiliki sifat jujur, sederhana, objektif, jernih, dan lain-lain.
#Makna 3 : Menerima Kapan pun dan dalam Keadaan Apa pun
Cermin memiliki karakter. Artinya, guru harus bersedia menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Artinya, guru mesti memiliki sifat-sifat sepeti pengabdian, setia, sabar, dan lain-lain.
# Makna 4 : Tidak Pilih Kasih/Tidak Diskriminatif
Cermin memiliki sifat tidak pernah pilih-pilih. Siapa saja yang mau bercermin pasti diterima. Artinya, tidak membeda-bedakan atau tidak diskriminatif. Karena itu, guru harus memiliki jiwa mendidik kepada siapa pun tanpa pandang bulu, semua anak, apa pun kondisinya harus dididik tanpa kecuali. Bahkan, kita tidak dibenarkan memisah-misahkan atau memilih-milih kondisi siswa (exclusive), tetapi harus inklusif (inclusive) dalam mendidik.
#Makna 5 : Pandai Menyimpan Rahasia
Cermin tidak pernah memperlihatkan siapa yang telah becermin kepadanya, tak peduli kondisi yang becermin itu baik maupun buruk. Artinya, cermin memiliki sifat pandai menyimpan rahasia. Sebagai guru yang pandai menyimpan rahasia, ia juga memiliki sifat sifat ukhuwah atau persaudaraan, peduli, kebersamaan, tidak menjatuhkan, tidak mempermalukan orang lain, mengorangkan, dan lain-lain.
Demikian 5 makna filosofi tentang keteladanan guru, semoga bermanfaat.
Sumber : Joko Wahyono, www.blogartikelpendidikan,com
Langganan:
Postingan (Atom)